my book's site

  • magazine
  • newspaper
  • tabloid
  • teenlit

adi

Pengikut

Sabtu, 21 April 2012

Soreku pun akhirnya Berbeda


Rasanya lama sekali aku tidak melihat langit sore, ternyata sangat indah untuk dilewatkan. Selama ini aku hanya berkutat tiap harinya dengan sebuah teknologi terbarukan yang memaksaku untuk mempelajarinya tanpa ada waktu sedikit pun untuk merasakan indahnya sore yang cerah. Aku terlalu sering menghabiskan waktu di sebuah ruangan yang hanya berukuran 5m x 5m untuk menyimak ilmu yang semakin aku pelajari justru semakin membuatku semakin merasa bodoh saja. Aku jarang sekali merasakan hangatnya matahari sore dan lembayungnya senja yang agung. Yang aku tahu selama ini hanyalah bau ruangan berAC
, muka-muka kawanku yang semakin kucel saja ketika sore hari, berisiknya kawanku karena jenuh dengan apa yang dibicarakan oleh dosenku tercinta, dan tentunya berisiknya perutku karena sudah kelaparan karena hanya baru sarapan pagi. Dan hari ini di tengah-tengah kesibukkanku yang aku buat sendiri akhirnya  hari ini aku sangat terpesona dengan indahnya langit sore di salah satu sudut kecil kota Solo. Kota yang selama ini aku hina karena ketidaksukaanku dengan tempat belajarku. Banyak yang aku lihat sore ini, langit biru yang menaungi hamparan pepohonan, rumah penduduk yang padat dan makam. Yah makam di sudut kota ini sangatlah luas, sehingga ketika kau lihat dari jendela kamar ini akan terlihat perpaduan yang indah antara bunga makam yang putih dan pepohonan yang hijau. Dan karena makam ini juga yang membuatku ingat dengan tujuanku terlahir ke dunia ini. Yaitu apalagi selain untuk mempebanyak amalan dengan melakukan pencapaian cita dan cinta karena akhirnya hidup akan berakhir di tanah makam. Banyak aktivitas manusia yang aku lihat juga dua  orang remaja yang seumuran dengaku berdiri di atas balkon rumahnya sangat indah melihat tingkah laku mereka, sosok sahabat yang sepertinya tak tergantikan saling berbagi dengan tawa yang renyah dan sesekali diikuti dengan tampang suntuk seseorang di antara mereka. Dan hingga akhirnya aku melihat mereka masuk ke rumahnya dengan salaing merangkul pundak masing-masing. Ada juga seorang ibu muda yang memandikan anaknya di depan teras rumah anaknya sangat bahagia karena sesekali dia tertawa dan diikuti dengan tawa ibu selanjutnya, air yang digunakan untuk mandi pun tak luput dijadikan untuk bahan kebahagian anak tersebut. Kegiatan sore hari yang hampir sama jika aku bandingkan dengan kampung halamanku ada beberapa orang yang mengangkat jemurannya karena hari semakin senja. Satu hal yang membuatku terpesona sore ini, burung-burung wallet yang berterbangan di atas langit warnanya hitam dan tingkahnya lincah itu yang membuatku  semakin tak bosan untuk melihat tingkahnya dan sesekali gerombolan burung itu berterbangan tak menentu ketika pesawat lewat di antara gerombolan mereka. Sesekali aku menghela napas kenapa tidak sejak dulu menikmati indahnya sore hari di kota yang aku kutuk ini. Tuhan sungguh luar biasa di atas sebuah yang aku anggap buruk ternyata ada sebuah yang membuatku merasa kagum, suasana sore yang sangat berbeda dibandingkan sudut kota manapun yang telah aku kunjungi. Tuhan tidak akan mencipatakan suatu keburukan tanpa adanya sebuah sisi baiknya sungguh keseimbangan yang sulit untuk dibuat oleh setiap  orang yang selama ini hanya melihat segala sesuatunya dari satu sudut pandang. Dengan menatap positif penuh kebahagian akhirnya aku tahu tentang sebuah penghargaan terhadap hal yang aku anggap tidak bagus.  Penghargaan dimana mata kita akan selalu berkata jujur dengan apa yang dilihat.
Surakarta di depan jendela kamar, 23 February 2012
Tidak akan ada sebuah sisi negative jika kita selalu melihat dari sisi positif dan begitu pula sebaliknya sebuah kehidupan yang seimbang ketika kita melihat dari dua sisi tersebut.
Berusaha untuk selalu tersenyum dangan apa yang telah Tuhan anugrahkan.
Kehidupan akan indah saat kita dapat tersenyum, menghargai dan berlaku ikhlas.
Always love and hope
Cindra Yuliani

Tidak ada komentar: