Rasanya lama sekali aku tidak melihat langit sore, ternyata
sangat indah untuk dilewatkan. Selama ini aku hanya berkutat tiap harinya
dengan sebuah teknologi terbarukan yang memaksaku untuk mempelajarinya tanpa
ada waktu sedikit pun untuk merasakan indahnya sore yang cerah. Aku terlalu
sering menghabiskan waktu di sebuah ruangan yang hanya berukuran 5m x 5m untuk
menyimak ilmu yang semakin aku pelajari justru semakin membuatku semakin merasa
bodoh saja. Aku jarang sekali merasakan hangatnya matahari sore dan
lembayungnya senja yang agung. Yang aku tahu selama ini hanyalah bau ruangan
berAC
, muka-muka kawanku yang semakin kucel saja ketika sore hari, berisiknya
kawanku karena jenuh dengan apa yang dibicarakan oleh dosenku tercinta, dan
tentunya berisiknya perutku karena sudah kelaparan karena hanya baru sarapan
pagi. Dan hari ini di tengah-tengah kesibukkanku yang aku buat sendiri akhirnya
hari ini aku sangat terpesona dengan
indahnya langit sore di salah satu sudut kecil kota Solo. Kota yang selama ini
aku hina karena ketidaksukaanku dengan tempat belajarku. Banyak yang aku lihat
sore ini, langit biru yang menaungi hamparan pepohonan, rumah penduduk yang
padat dan makam. Yah makam di sudut kota ini sangatlah luas, sehingga ketika
kau lihat dari jendela kamar ini akan terlihat perpaduan yang indah antara
bunga makam yang putih dan pepohonan yang hijau. Dan karena makam ini juga yang
membuatku ingat dengan tujuanku terlahir ke dunia ini. Yaitu apalagi selain
untuk mempebanyak amalan dengan melakukan pencapaian cita dan cinta karena
akhirnya hidup akan berakhir di tanah makam. Banyak aktivitas manusia yang aku
lihat juga dua orang remaja yang
seumuran dengaku berdiri di atas balkon rumahnya sangat indah melihat tingkah
laku mereka, sosok sahabat yang sepertinya tak tergantikan saling berbagi
dengan tawa yang renyah dan sesekali diikuti dengan tampang suntuk seseorang di
antara mereka. Dan hingga akhirnya aku melihat mereka masuk ke rumahnya dengan
salaing merangkul pundak masing-masing. Ada juga seorang ibu muda yang
memandikan anaknya di depan teras rumah anaknya sangat bahagia karena sesekali
dia tertawa dan diikuti dengan tawa ibu selanjutnya, air yang digunakan untuk
mandi pun tak luput dijadikan untuk bahan kebahagian anak tersebut. Kegiatan
sore hari yang hampir sama jika aku bandingkan dengan kampung halamanku ada
beberapa orang yang mengangkat jemurannya karena hari semakin senja. Satu hal
yang membuatku terpesona sore ini, burung-burung wallet yang berterbangan di
atas langit warnanya hitam dan tingkahnya lincah itu yang membuatku semakin tak bosan untuk melihat tingkahnya dan
sesekali gerombolan burung itu berterbangan tak menentu ketika pesawat lewat di
antara gerombolan mereka. Sesekali aku menghela napas kenapa tidak sejak dulu
menikmati indahnya sore hari di kota yang aku kutuk ini. Tuhan sungguh luar
biasa di atas sebuah yang aku anggap buruk ternyata ada sebuah yang membuatku
merasa kagum, suasana sore yang sangat berbeda dibandingkan sudut kota manapun
yang telah aku kunjungi. Tuhan tidak akan mencipatakan suatu keburukan tanpa
adanya sebuah sisi baiknya sungguh keseimbangan yang sulit untuk dibuat oleh
setiap orang yang selama ini hanya
melihat segala sesuatunya dari satu sudut pandang. Dengan menatap positif penuh
kebahagian akhirnya aku tahu tentang sebuah penghargaan terhadap hal yang aku
anggap tidak bagus. Penghargaan dimana
mata kita akan selalu berkata jujur dengan apa yang dilihat.
Surakarta
di depan jendela kamar, 23 February 2012
Tidak
akan ada sebuah sisi negative jika kita selalu melihat dari sisi positif dan
begitu pula sebaliknya sebuah kehidupan yang seimbang ketika kita melihat dari
dua sisi tersebut.
Berusaha
untuk selalu tersenyum dangan apa yang telah Tuhan anugrahkan.
Kehidupan
akan indah saat kita dapat tersenyum, menghargai dan berlaku ikhlas.
Always
love and hope
Cindra
Yuliani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar